Dilema Pasca Banjir Kendari: Melimpah Air, Tapi Krisis Kekeringan

Dilema Pasca Banjir Kendari: Melimpah Air, Tapi Krisis Kekeringan

trampolinesystems.com – Dilema Pasca Banjir Kendari: Melimpah Air, Tapi Krisis Kekeringan. Setelah hujan deras mengguyur Kendari, banjir pun melanda hampir seluruh sudut kota. Warga menyaksikan air yang membanjiri jalan, rumah, hingga lahan pertanian. Tapi siapa sangka, saat air mulai surut, muncul masalah baru yang tak kalah pelik: krisis air bersih. Ironisnya, di tengah tumpukan air banjir yang sebelumnya menggenang, warga kini justru kesulitan mendapatkan air yang layak untuk konsumsi sehari-hari. Fenomena ini jelas bikin geleng kepala sekaligus membuat warga bertanya-tanya, bagaimana bisa setelah banjir besar, justru kekeringan air bersih yang jadi masalah? Yuk, kita ulik apa yang sebenarnya terjadi di balik di lema air Kendari pasca banjir ini.

Air Melimpah Tapi Tidak Bisa Digunakan, Kenapa Bisa Begitu

Begitu banjir mulai surut, satu hal yang mencuri perhatian adalah betapa banyaknya air yang tersisa di berbagai sudut kota. Namun, air yang nampak banyak itu nyatanya tidak bisa langsung di manfaatkan. Mengapa? Pertama, air banjir membawa serta berbagai kotoran, limbah, dan bahan berbahaya lain yang membuatnya tidak layak pakai secara langsung. Bahkan, sumur dan sumber air warga tercemar oleh lumpur dan sampah yang terbawa banjir. Kondisi ini membuat warga harus ekstra hati-hati jika ingin mengambil air, karena risiko kesehatan bisa meningkat drastis.

Selain itu, fasilitas air bersih di Kendari belum sepenuhnya siap menghadapi kondisi dilema pasca banjir. Instalasi pompa dan pipa air yang ada sering mengalami gangguan, bahkan rusak akibat terendam air kotor. Akibatnya, distribusi air bersih tersendat dan warga sulit mengakses air yang aman untuk kebutuhan harian. Situasi ini tentu bikin frustasi, karena sebenarnya air itu ada di sekitar, tapi kualitas dan aksesnya jadi hambatan besar. Warga harus pintar-pintar mengelola air yang terbatas sambil berharap bantuan cepat datang.

Lihat Juga :  Penertiban Sampah di Cimahi: 10 Warga Didenda Rp 150.000

Dilema Pasca Banjir dan Krisis Air Bersih Warga

Krisis air bersih ini bukan masalah kecil dalam dilema pasca banjir yang bisa diabaikan begitu saja. Air bersih jadi kebutuhan dasar yang menentukan kesehatan dan kenyamanan hidup. Ketika air bersih susah didapat, berbagai dampak negatif mulai muncul di kehidupan warga.

Salah satunya adalah meningkatnya risiko penyakit. Warga yang terpaksa memakai air dari sumber yang kurang higienis rentan mengalami gangguan pencernaan, kulit, hingga infeksi lainnya. Anak-anak dan lansia jadi kelompok yang paling rawan terkena dampak ini.

Kondisi ini juga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Warga harus menghemat air untuk kebutuhan pokok saja, sehingga kegiatan seperti mencuci pakaian, mandi, dan memasak menjadi lebih terbatas. Beberapa bahkan harus mengantre berjam-jam untuk mendapatkan air bersih dari titik di stribusi darurat.

Lebih jauh lagi, krisis air ini menimbulkan tekanan psikologis. Ketidakpastian soal ketersediaan air dan kebutuhan yang tidak terpenuhi membuat banyak orang stres dan khawatir. Apalagi jika masalah ini berlarut-larut tanpa solusi konkret.

Dilema Pasca Banjir Kendari: Melimpah Air, Tapi Krisis Kekeringan

Dilema Pasca Banjir: Harapan dan Langkah Mengatasi Krisis

Meski kondisi cukup pelik, bukan berarti warga Kendari harus pasrah. Ada beberapa hal yang bisa jadi harapan dan langkah untuk mengurangi dampak krisis air bersih ini. Pertama, perbaikan dan pemulihan infrastruktur air menjadi prioritas. Pemerintah daerah dan pihak terkait harus segera menangani instalasi air agar bisa berfungsi kembali dengan baik dan aman.

Selain itu, warga bisa memanfaatkan teknologi sederhana seperti menjemur air atau menyaring air menggunakan alat sederhana agar kualitasnya lebih aman di konsumsi. Edukasi terkait cara menjaga kebersihan sumber air juga penting supaya pencemaran bisa di minimalisir.

Lihat Juga :  Gunung Semeru Bebas Ganja TNBTS Pastikan Keamanan Terjaga

Tidak kalah penting, dukungan dari berbagai pihak seperti lembaga kemanusiaan dan komunitas lokal sangat membantu mempercepat pemulihan. Mereka bisa menyediakan bantuan air bersih sementara dan edukasi kesehatan untuk warga.

Terakhir, krisis ini menjadi pengingat agar Kendari punya sistem tanggap bencana yang lebih kuat dan terencana. Dengan begitu, ketika banjir datang lagi, dampak negatif seperti krisis air bersih bisa di minimalisir atau di atasi dengan cepat.

Kesimpulan

Fenomena banjir yang melanda Kendari, yang di ikuti oleh krisis air bersih, memang menghadirkan di lema pelik yang sulit di pecahkan. Air melimpah ruah namun justru sulit di gunakan, sehingga menjadikan kehidupan warga semakin penuh dengan tantangan baru yang harus di hadapi setiap hari. Meski begitu, dengan adanya kerja sama antar pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, perbaikan infrastruktur yang tepat sasaran, serta edukasi yang berkelanjutan, harapan untuk bangkit dari krisis ini tetap terbuka lebar. Kendari sangat membutuhkan langkah nyata dan terkoordinasi agar masa depan yang lebih siap dalam menghadapi banjir sekaligus menjaga ketersediaan air bersih dapat terwujud dengan baik dan berkelanjutan.